Rabu, 09 Januari 2013

Rias Pengantin Adat Sunda



                                                              Tata cara pengantin adat sunda :

 Pertama, tahap Nendeun Omong. Tahap ini adalah pembicaraan orang tua kedua pihak atau siapapun yang dipercaya jadi utusan pihak pria yang punya rencana mempersunting seorang gadis. Sebelumnya memang orang tua masing-masing sudah membuat kesepakatan untuk menjodohkan atau laki-laki dan perempuannya sudah sepakat untuk ‘mengikat janji’ dalam suatu ikatan pernikahan, maka selanjutnya orang tua pria datang sendiri atau menyuruh orang  ke rumah  sang gadis  untuk menyampaikan niat. Intinya, neundeun omong (titip ucap, menaruh perkataan atau menyimpan janji)  yang menginginkan sang gadis agar menjadi menantunya. Dalam hal ini, orang tua atau utusan memerlukan kepandaian berbicara dan berbahasa, penuh keramahan.
Kedua, tahap Lamaran. Tahap melamar atau meminang ini sebagai tindak lanjut dari tahap pertama. Proses ini dilakukan  orang tua calon pengantin dan keluarga dekat. Hampir mirip dengan yang pertama, bedanya dalam lamaran, orang tua laki-laki biasanya mendatangi calon besannya dengan membawa makanan atau bingkisan seadanya, membawa lamareun sebagai simbol pengikat (pameungkeut), bisa berupa uang, seperangkat pakaian,  semacam cincin pertunangan, sirih pinang komplit dan lainnya, sebagai tali pengikat kepada calon pengantin perempuannya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan waktu dan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan.
Ketiga, tahap Tunangan. Tahap ini adalah prosesi ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu dilakukan penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
Keempat, tahap Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
Kelima, tahap Ngeuyeuk seureuh (opsional, jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah). Tahap ini dilakukan sebagai berikut:
  1. Dipimpin Pengeuyeuk.
  2. Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
  3. Diiringi lagu kidung oleh Pangeuyeuk
  4. Disawer beras, agar hidup sejahtera.
  5. dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
  6. Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
  7. Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
  8. Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
Keenam, tahap Membuat Lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
Ketujuh, tahap Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
Kedepalan, tahap Upacara Prosesi Pernikahan:
  1. Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
  2. Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
  3. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
  4. Sungkeman,
  5. Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
  6. Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
  7. Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
  8. Nincak endog (menginjak telur), pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas  kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
  9. Muka Panto (buka pintu). Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.

Rabu, 10 Oktober 2012

Rias Adat Yogyakarta

Tata Rias Pengantin Yogyakarta


     Tata Rias Pengantin Gaya Yogyakarta sangat kaya. Ada beberapa macam corak atau tepatnya ada lima corak. Bentuk busana dan tata riasnya yang masing-masing memiliki ciri sendiri. Pastinya beragam makna terkandung dalam pemilihan tata rias ini.


Sabtu, 06 Oktober 2012

Riasan Paes Untuk Pengantin Berjilbab

Paes jilbab mulai menjadi pilihan bagi para calon pengantin muslilm belakangan ini. Paes sendiri merupakan riasan tradisional  adat Jawa, dimana sebenarnya ada beberapa macam riasan paes dan kelengkapan busananya, terutama dari Solo (Solo Putri, Solo Basahan) dan dari Jogja (salah satunya adalah Paes Ageng).
Paes Ageng Yogjakarta merupakan salah satu trend riasan paes yang banyak dipilih sebagai paduan dari paes jilbab. Busana dan tata rias Paes Ageng Yogyakarta ini dulunya hanya boleh dipakai oleh Sultan dan kerabatnya. Setelah jaman Sultan Hamengkubuwono IX masyarakat umum dibolehkan mengenakan gaya busana pengantin ini, seperti juga kain batik yang dulu hanya boleh dikenakan oleh kerabat kerajaan.
1 of 2
Pada riasan jilbab Paes Ageng Yogyakarta, pengantin wanita tetap menjalani beberapa proses yang menjadi pakemnya seperti pengerikan rambut (halup halupan), pembuatan pola di bagian dahi sampai kepinggiran rambut (congkrongan) yang kemudian setelah pola terbentuk pantas pada paras sang pengantin wanita, di akhiri dengan penebalan / pengisian pada keseluruhan pola (kendelan). Untuk menyamarkan sambungan riasan paes biasanya perias menggunakan semacam penutup kepala serupa dengan stoking hitam, sehingga sambungan antara paes dan penutup kepala terlihat halus. Pakem-pakem hiasan lain kemudian dipasangkan, seperti bando melati sebagai hiasan di  tengah kepala, dilengkapi dengan pethat (sisir berbentuk gunung), cunduk menthul (bunga permata berbatang yang ditancapkan diatas sanggul berjumlah  5 buah). Dan sebagai sentuhan akhir guna menambah keanggunan yang mewah pada wajah sang pengantin, Centhung  (perhiasan berupa sepasang sisir kecil bertahtakan berlian) diletakkan di atas dahi kiri dan kanan.
Kebaya mewah berkerah tinggi merupakan pilihan busana yang banyak dipakai oleh pengantin wanita berjilbab untuk tampil sebagai ratu yang anggun menawan pada hari istimewa tersebut.
Paes jilbab merupakan suatu cara yang cerdas bagi setiap wanita muslimah yang ingin terlihat cantik dengan tidak melupakan nilai nilai tradisi budaya dari mana dia berasal.